Minggu, 17 Mei 2009

DARA RUAI BORNEO Part 3

Seorang penjaga itu kemudian duduk bersila dan diikuti oleh yang lain. Lalu penjaga itu berbicara pada Dara Ruai agar besok pagi-pagi sekali Dara Ruai pergi meninggalkan desa untuk mencari penjaganya. Dara ruai bingung tapi terasa damai karena sekarang ia tidak sendiri tapi ia bisa melihat penjaganya itu meskipun orang biasa ridak bisa melihatnya.

Hujan turun semalaman, paginya burung tiung berkicau dan daun-daun bersemi, Dara ruai turun dari tangga rumahnya. Dengan sebuah bungkusan pakaian akhirnya Dara Ruai pergi, ia akan berkelana menuju selatan. Belum beberapa langkah ia berjalan ia kembali menoleh kebelakang, pilu hatinya meninggalkan rumah itu tapi bagaimanapun ia harus pergi ini semua untuk diriku, sukuku dan tanah kelahiranku katanya dalam hati.

Selama dalam perjalanan ia tidak merasa takut karena ia tahu kalu disampingnya ada yang menjaganya. Saat ia sedang bingung kemana ia akan pergi tiba-tiba sekelebat benda hitam datang dari arah depan ia berjalan. Dengan tanpa ampun benda itu mencoba menghantamnya. Belum sempat menghantamnya tiba-tiba datang sekilas cahaya putih menghandam benda hitam itu dan terdengar suara dentum dua benda beradu yang memekakkan telinga. Dara ruai selamat dari bahaya. Belum sempat ia tersadar dengan apa yang dilihatnya sekelebat bayangan putih dari jauh berjalan menujuh arahnya. Tampak seorang laki-laki dengan tubuh penuh tato bermotif dayak. Tato yang memenuhi tubuh laki-laki tersebut bagikan seorang pria memakai batik berukir motif dayak. Setelah lakilaki itu dekat dara ruai barulah dara ruai iangat siapa lakilaki tersebut yang bukan lain adalah ayahnya yang selama ini telah tiada. Belum lama laki-laki itu berdiri kemudian laki-laki itu jatuh tersungkur dan secara gaib hilang.

Dara ruai menagis melihat kepergian ayahnya yang ternyata selama ini adalah pelindungnya yang keenam yang harus ia cari. Kini ia tinggal punya satu harapan lagi untuk mendapatkan penjaganya yang ketujuh. Maka iapun melanjutkan perjalannya menuju sebuah desa yang tidak jauh dari tempat kejadian itu. Sesampai didesa itu ia binggung kemana ia akan tidur malam ini karena ia tidak punya sanak saudara ditempai tersebut dan ia putuskan unhtuk tidur dibalai desa. Dibalai desa itulah ia semalaman tidur dan selama ia tidur kelima penjaganya terus menjaganya.

Embun turun lebat, alam jadi terasa dingin dan membuat Dara ruai terbangun dari tidurnya. Dengan rasa malas yang amat sangat akhirnya ia harus melanjutkan perjalanannya. Dalam perjalanan yang melelahkan itu membuatnya lapar dan haus. Setelah setengah hari berjalan akhirnya ia melewati sebuah sungai. Ditepi sungai ia berdiri dan berniat mencuci muka dan akan beristirahat sejenak. Belum sempat ia mencuci muka seekor ular menghampirinya dan menyerangnya. Dara ruai terkejut dan mengambil sebatang ranting kayu dan memukul ular tersebut sampai mati. Darah ular yang keluar dari tubuh ular tersebut akhirnya mengalir keair. Setelah masuk air secara ajaib mebhentuk ular ular yang baru dan semakin banyak Dara ruai membunuh ular tersebut semakin banyak pula ular-ular itru terbentuk.

Dara ruai tidak bisa berbuat banyak lagi. Selagi ia sedang membunuhi ular kecil tersebut sekelebat bayangan putih terbang diatas air dan menaburkan serbuk putih ketengah-tengah ular terbentuk, ajaibnya semua ular-ular itu menjadi terbakar dan musnah. Disaat ular-ular itu terbakar sesosok bayangan hitan menghantam sibayangan putih hingga terlempar ketepi sungan di tempat dara ruai sedang berdiri. Bayangan hitam masuk dalam air dan kemudian tiba-tiba muncul seekor ular besar dari sungai dan langsung melancarkan serangan pada bayangan purtih. Tanpa kesiapan bayangan putih terkena sabetan ekor ular. Kemudian dengan serangan yang sangat cepat ular besar ,menelan bayangan putih. Lalu urar besar masuk kedalam air meminum air sungai hingga sungai itu menjadi kering. Dalam kebingungannya dararuai tidak bisa berbuat apa-apa setelah apa yang dilihatnya.

Setelah beberapa waktu akhirnya ular itu memuntahkan air yang sudah diminumnya dan keluarlah sesosok bayangan putih yang sudah tidak bernyawa lagi. Saat itulah Dararuai merasakan perjalananya sudah tidak mungkin dilanjutkan lagi karena penjaganya yang ke tujuh juga sudah tiada dan kelima penjaganya pun akan mati semua. Kembali dara ruai teringat akan pesan nenek kalau ia tidak bisa mendapatkan ketujuh penjaganya makia pada saat umurnya 25 tahun ia akan mati dan untuk selamanya tanah kalimantan tidak akan pernah lepas dari peperangan antar suku. Dara ruai hanya bisa menangis akan semua peristiwa dalam hidupnya. Namun ia tidak pernah menyalahkan Duata’k yang menggariskan hidupnya.

Kini bayangan putih sudah tidak bernyawa lagi keduanya tidak bisa menjaganya dan kekuatan jahat akan berjaya dan ramalan akan terjadi. Dara ruai akhinya pulang kerumahnya, rumah nenek, tempat ibunya dilahirkan dan ia akan menjalani hidupnya sampai suatu ramalan itu terjadi. Tiga hari tga malam perjalan pulang dara ruai kerumahnya diiringi hujan lebat, suara gelegar petir yang membisikan kata-kata kekecewaan akan hari masa mendatang. Angin yang kencang membawa rintik hujan terbang dengan kencang dan bagaikan sejuta panah terus menghantam tubuh dara ruai. Alam menjadi tak bersahabat dan memalingkan wajahnya pada dara ruai yang menjadi harapan kalimantan untuk menghentikan peperangan antar suku.

Sambil berbaring ditempat tidur dara ruai menangisi orang-orang yang selamaini mewngasihinya berjuang untuknya, tapi kini ia tetap sendiri dan pada masanya ia pun akan diakhiri petuangannya dia lam fana ini. Kemudian ia mengambil kotak pemberian nenek dan didalamnya ia tidak mendapati apa-apa lagi semuanya sudah hilang itu tandanya penjaganyapun sudah tidak ada lagi. Dara ruai tahu akan apa yang terjadi nanti dan dengan tersenyum ia berkata duata’k aku siap dan pertemukan aku kembali pada keluargaku, aku berjanji akan menjalani sisa hidup seberguna mungkin bagi orang-orangku suku dayak.

Bulan baru saja akan tenggelam, saat itu umur dararuai genap 25 tahun dan ia sudah menanti akan ramalan hidupnya. Bulan baru separuh tenggelan dan saat itulah bayangan hitam datang dengan hawa yang dingin seisi reiumah dipenuhi warna hitam dan akhirnya rumah nenek tidak terlihat, kini hanya seonggok batu besar meninggalkan cerita. Perjalanan dararuai sudah sampai ia akan kembali pada pangkuan Duata’k dan kekuatan jahat tidak akan penah hilang dalam bumi kalimantan perang antar suku juga akan terjadi dalam waktu yang tidak pernah kita ketahu kapan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar