Selasa, 24 Mei 2011

Michael Yoga Anes Gantikan Bertus di LSD


LSD, Jogja.
Terkait tugas dan tanggungjawab Lembaga Studi Dayak dalam memperjuangkan nilai-nilai Dayak dalam intelektualitas dan kebudayaan, LSD melakukan pergantian kepengurusan pada tingkat atas. Hubertus Vinsensius Wake yang akrab di panggil Bertus yang juga adalah ketua LSD 2008-2011 akan mengakhiri tugas mulianya di tampuk kepemimpinan LSD.
Demi meningkatkan kinerja agar program-program LSD bisa dilanjutkan, maka dibentuklah kepengurusan baru sebagai pengurus pelaksana sementara LSD.
Michael Yoga Anes (Mimik) di daulat untuk mengantikan posisi Hubertus sebagai ketua pelaksana sementara tercatat 24 mei 2011, sampai waktu yang belum bisa ditentukan.
Menurut Bertus, Michael Yoga Anes merupakan sosok yang tepat untuk memimpin LSD kedepan karena sosok ini sudah tidak asing lagi di tubuh LSD.
Iwan Djola, Nila Riwut dan Yulianus sebagai pembina LSD ketika di hubungi oleh divisi blogger organisasi ini membenarkan pergantian tampuk pimpinan ini. Mereka berharap roh perjuangan LSd tetap bisa dilanjutkan oleh Michael Yoga Anes dan kawan-kawan LSD lainnya.

-Odop-

Senin, 09 Mei 2011

Informasi Buku Baru


Sinopsis

’DAYAK MENCARI SEBAYAN TUJUH SARUGA DALAM’ adalah kesengajaan. Ditambah lagi dengan sub judul: Pengalaman Nyata Seorang Pastor dalam Menyelami Religi Manusia Dayak. Rasanya sudah komplit dan mewakili buah pikir Penulis mengenai adat istiadat dan religi orang Dayak yang hidup sederhana, namun selalu merujuk pada kebesaran Sang Pencipta.

Dengan judul tersebut Penulis ingin menguak tabir misteri yang tersembunyi dalam lubuk hati Orang Dayak. ’Sebayan Tujuh Saruga Dalam’ merupakan ungkapan yang berarti "kehidupan kekal’.

Secara filosofis manusia Dayak memiliki dimensi hidup yang transendental yakni ketinggian hidup yang sempurna. Orang Dayak yang telah meninggal dunia mesti di adat kanjan, supaya arwah orang yang meninggal pergi ke ’Sebayan Tujuh Saruga Dalam’. Bagi yang beragama Katolik supaya ikut bangkit bersama Kristus.

Dalam praktik hidup sehari-hari, filosofinya adalah bahwa manusia Dayak akan terus belajar dan berjuang dalam mengarungi kehidupan dan keseimbangan dengan semesta kehidupan. Mereka haruslah berulah-batin, berlampahlaku mengurangi hawa nafsu dengan kekuatan jasmani dan rohani. Buku ini mengupas kehidupan religius orang Dayak dari sudut pandang kristiani, yang tidak pernah diketahui orang awam pada umumnya.


Penulis: PC. Dremono Harimurti, Pr (Pastor dengan beberapa gelar kehormatan dalam adat Dayak Pesaguan-Ketapang)

Editor: Al. Yan Sukanda, Penerima Penghargaan Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2007 oleh Menteri Kebudayaan.

Info pemesanan: Al. Yan Sukanda atau Tlp/sms 02748339494