Sampan laju tameran baru,
Baru ini masuok Malaka,
Kawan baru kami pun baru,
Baru ini bertatap muka.
Yth. Bapak Rektor Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa,
Yth. Para tamu undangan
Hadirin yang berbahagia,
“Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata”
“Selamat Siang, dan Salam Budaya”,
Dayak itu pemburu kepala, Dayak itu primitif, Dayak itu perusak hutan, Dayak itu sangar, tidak berbudaya, Dayak itu ini, Dayak ini itu, dan Dayak, Dayak dan Dayak............... Banyak sekali persepsi yang dituduhkan kepada orang Dayak. Betulkah demikian?
Sesungguhnya tuduhan-tuduhan tersebut hanya untuk memarginalkan orang Dayak. Akibatnya, negara dengan seenakanya dengan caranya sendiri ingin membudayakan orang Dayak, dalam tanda kutip.
Orang Dayak harus “dibudayakan”, begitu kata penguasa kala itu. Sistem dan pola yang dianut orang Dayak pun menjadi mandul. Jati diri dayak menjadi gamang.
Diperparah lagi dengan apa yang kita sebut globalisasi. Budaya modern begitu mudah masuk. Begitu banyak kearifan lokal, nilai-nilai luhur, dan warisan budaya Dayak yang tererosi bahkan hilang. Rumah betang sebagai tempat berlindung, tempat segala aktivitas pun, perlahan musnah. Padahal Rumah Betang adalah jantung budaya Dayak. Semuanya menjadi pertanyaan dan renungan bagi orang dayak khusus generasi muda.
Bapak ibu yang saya hormati, disini, saya tidak bermaksud memupuk emosi atau bahkan untuk mengeluh. Saya ingin menggugah kesadaran budaya yang substansial, dimana disitu ada nilai-nilai luhur dan keterbukaan. Ingat! Kekuatan budaya inilah yang terbukti membawa pendahulu kita pada sebuah peradaban baru negara Kesatuan Republik Indonesia. Mewujudkan rekonsiliasi nasional melalui budaya atas dasar Pancasila dan menjunjung tinggi perbedaan dan kebhinekaan
Tempo dulu, bangsa ini berhadapan dengan penjajahan kolonialisme, saat ini kita berhadapan dengan tererosinya semangat kebangsaan, terkikisnya budaya bangsa termasuk budaya dayak. Salah satu keterpurukan yang membuat semangat kesatuan tererosi adalah karena kita mulai melupakan perjalanan panjang sejarah bangsa.
Jawaban atas itu semua saya mengusulkan sebuah Lembaga Studi Dayak. Untuk, melihat, mengupas dan membahas permasalahan dayak secara intelektualitas. Kembali membangkitkan semangat dan filosofi Rumah Betang demi kemajuan dayak dan bangsa Indonesia. Rumah Betang yang memiliki nilai-nilai luhur itu sebagai pijakan langkah kita. Dan sebagai bagian dari budaya Nasional, budaya Dayak harus memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa ini terutama dalam memperkuat identitas bangsa.
Mari, dengan Semangat kebangkitan nasional, kita bangkitan semangat dan filosofi rumah Betang. Untuk membangun semangat kebangsaan demi keberlansungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita bersama-sama melakukan gerakan moral rekonsiliasi menuju Indonesia Jaya.
Terimakasih, Salam Budaya !!!!!!!
Saluut Jeh!! HIDUP DAYAK !!!!
BalasHapus