Rapat 10 juni 2010, sekber JCO
Rapat kali ini dipimpin oleh ketua LSD Hubertus V. Wake. dengan bahasan utama mengenai rencana pergantian kepengurusan baru di LSD. Pembahasan ini menjadi penting karena kepengurusan saat ini sudah cukup lama dan biss dianggap expired.
LSD ada didasarkan atas sebuah keinginan untuk memunculkan sebuah karakter pengetahuan dan budaya yang mampu menampung intelektualitas muda Dayak se Kalimantan dalam bentuk yang lebih luas. LSD tidak sekedar memunculkan sisi kebudayaan, namun sisi-sisi lain yang berkaitan dengan inteltktual muda Dayak. Artinya bahwa LSD ada muncul karena ingin mengakomodir berbagai kegiatan yang terkait kebudayaan, kehidupan social, sumber daya, pengetahuan, berbagai disiplin ilmu, dan lain sebagainya. LSD merupakan sebuah organisasi mandiri dibidang pengetahuan intelektual muda Dayak.
Selama ini LSD telah berusaha menjalankan program-program walaupun belum maksimal seperti yang diharapkan. Hal ini dikarenakan Lembaga ini baru berdiri dua tahun dan masih embrio untuk sebuah lembaga yang berharap menjadi besar.
Walaupun dalam perjalanannya LSD sempat mengalami kefakuman kegiatan, namun harapannya LSD tetap eksis.
Hasil akhir dari rapat kali ini telah dibentuk sebuah kepanitiaan kecil yang diketuai oleh Egi. Tugas utama dari kepanitiaan ini adalah untuk mempersiapkan pemilihan ketua baru LSD dimasa yang akan datang.
-Admin LSD-
Rabu, 09 Juni 2010
Minggu, 28 Februari 2010
BUKU DAYAK MENGGUGAT
Dijual buku
Dayak Menggugat,
sebuah buku yang mengupas:
Sejarah Masa Lalu, Perjuangan, Kearifan Lokal, Hak Atas Sumber-Sumber Penghidupan, Dan Diskriminasi Identitas.
............................................................................................................................
Dayak Menggugat,
sebuah buku yang mengupas:
Sejarah Masa Lalu, Perjuangan, Kearifan Lokal, Hak Atas Sumber-Sumber Penghidupan, Dan Diskriminasi Identitas.
............................................................................................................................
Hingga kini pun suku Dayak masih saja dianggap suka mengayau, tidak mau maju atau kolot, nomaden, keras kepala, dan temperamen. Padahal sejatinya Dayak itu sungguh sangat santun, religius, patuh, dan punya motivasi yang sangat kuat untuk maju atau berubah. Perlakuan tidak adil dari sekolompok penguasa itulah yang menjadikan suku Dayak harus berjuang sendiri untuk maju. Buku ini dapat menawarkan informasi kronologis yang sesungguhnya bagi pembaca.
-Markus Mardius—Wartawan Senior, Profesional Motivator, Trainer dan Fasilitator, asal Pergung-Balai Berkuak-Ketapang, tinggal di Papua.
Sebuah buku yang mengupas tentang persoalan manusia Dayak. Tak hanya berkutat pada budaya semata, namun ada isu politik, sosial, lingkungan, dan sistem religi. Termasuk persoalan kekinian yang dihadapi manusia Dayak. Mulai dari pertambangan, illegal logging, hingga perkebunan monokultur yang menjadi ancaman kelestarian lingkungan dan budaya.
Di tengah modernitas dan serbuan budaya global yang kadang melunturkan, semangat dan kearifan lokal, buku ini hadir memberikan jawaban. Tak kalah penting, ditulis orang muda Dayak berpendidikan yang masih peduli dengan persoalan kaumnya.
Sebuah buku yang mengupas tentang persoalan manusia Dayak. Tak hanya berkutat pada budaya semata, namun ada isu politik, sosial, lingkungan, dan sistem religi. Termasuk persoalan kekinian yang dihadapi manusia Dayak. Mulai dari pertambangan, illegal logging, hingga perkebunan monokultur yang menjadi ancaman kelestarian lingkungan dan budaya.
Di tengah modernitas dan serbuan budaya global yang kadang melunturkan, semangat dan kearifan lokal, buku ini hadir memberikan jawaban. Tak kalah penting, ditulis orang muda Dayak berpendidikan yang masih peduli dengan persoalan kaumnya.
-Stefanus Akim, Redaktur Tribun Pontianak-Kompas Gramedia.
Kiranya buku Dayak Menggugat dapat menjadi motivasi generasi muda Dayak untuk berpikir, berbuat, bertindak, berjuang membela hak-hak masyarakat adat yang tertindas.
–Yohansen, Founder & Administrator www.ceritadayak.com dan pengurus aktif Indonesian Borneo Community .
Membaca buku ini membawa saya ke sebuah lorong pemikiran intelektual Dayak yang (mencoba) kritis dan tidak tinggal diam. Sangat direkomendasikan untuk anda baca.
-Faustinus Handi, Munster City, Jerman.
Orang muda Dayak adalah agen perubahan yang harus memperjuangkan hak-hak masyarakat Dayak. Perjuangan lewat kreasi dan pemikiran dengan talenta yang dimiliki merupakan salah satu keberpihakan pada pembangunan manusia Dayak kedepan. Buku ini mengajak kita untuk peka dan sadar akan perkembangan jaman, sudah saatnya kita berbenah diri dan bertindak.
-Hubertus Vincencius Wake, Ketua Lembaga Studi Dayak Yogyakarta.
Modernitas Kalimantan tergambar di buku ini, merengut jiwa dan raga manusia Dayak didalamnya. Sebagai entitas utama, Dayak tercerabut dari akar budayanya, bahkan masa depannya demi kelangsungan Indonesia. Inilah yang namanya “menghina akal sehat”. Dikisahkan buku ini, walau diterjang berbagai fenomena sejarah, manusia Dayak masih eksis, meski kadang naik-turun, maju-mundur. Mirip frekwensi radio ataupun foreign trading... ataupun bursa efek...
Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, patutlah diwaspadai, bahwa manusia Dayak yang dalam keadaan sekarat dan terjepit, tak mustahil akan memunculkan kembali sebuah gerakan maha dahsyat sebagai konsekwensi logis dari pengerucutan dua pilihan sulit, bergerak cepat untuk hidup atau bertarung hingga ajal menjemput!!!
-Yohanes Supriyadi, Konsultan NGO, Jurnalis, Peneliti dan Project Manager Program Non Violence Education di Kalbar.
Kiranya buku Dayak Menggugat dapat menjadi motivasi generasi muda Dayak untuk berpikir, berbuat, bertindak, berjuang membela hak-hak masyarakat adat yang tertindas.
–Yohansen, Founder & Administrator www.ceritadayak.com dan pengurus aktif Indonesian Borneo Community .
Membaca buku ini membawa saya ke sebuah lorong pemikiran intelektual Dayak yang (mencoba) kritis dan tidak tinggal diam. Sangat direkomendasikan untuk anda baca.
-Faustinus Handi, Munster City, Jerman.
Orang muda Dayak adalah agen perubahan yang harus memperjuangkan hak-hak masyarakat Dayak. Perjuangan lewat kreasi dan pemikiran dengan talenta yang dimiliki merupakan salah satu keberpihakan pada pembangunan manusia Dayak kedepan. Buku ini mengajak kita untuk peka dan sadar akan perkembangan jaman, sudah saatnya kita berbenah diri dan bertindak.
-Hubertus Vincencius Wake, Ketua Lembaga Studi Dayak Yogyakarta.
Modernitas Kalimantan tergambar di buku ini, merengut jiwa dan raga manusia Dayak didalamnya. Sebagai entitas utama, Dayak tercerabut dari akar budayanya, bahkan masa depannya demi kelangsungan Indonesia. Inilah yang namanya “menghina akal sehat”. Dikisahkan buku ini, walau diterjang berbagai fenomena sejarah, manusia Dayak masih eksis, meski kadang naik-turun, maju-mundur. Mirip frekwensi radio ataupun foreign trading... ataupun bursa efek...
Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, patutlah diwaspadai, bahwa manusia Dayak yang dalam keadaan sekarat dan terjepit, tak mustahil akan memunculkan kembali sebuah gerakan maha dahsyat sebagai konsekwensi logis dari pengerucutan dua pilihan sulit, bergerak cepat untuk hidup atau bertarung hingga ajal menjemput!!!
-Yohanes Supriyadi, Konsultan NGO, Jurnalis, Peneliti dan Project Manager Program Non Violence Education di Kalbar.
...............................................................................................................................
Info dan pemesanan buku
Hub: Tains Odop
085 2266 88188
Harga 35.000 sebelum lunching.
(Beli 2 hanya 60.000)
*Harga naik setelah launching
..................
Terima kasih,
Salam Dayak Menggugat!
Langganan:
Postingan (Atom)